A. Carwaka
Filsafat
carwaka didirikan oleh Brhaspati yang ajarannya tertuang dalam Brhaspati sutra.
Sistem filsafat ini mengembangkan tradisi heterodok, atheisme dan materialisme.
Sering disebut dengan lokayata yang berarti berjalan dijalan keduniawian. Kata
carwaka sendiri berasal dari kata ‘caru’ yang berarti manis dan ‘vak’ yang
berarti ujaran, jadi carwaka berarti kata-kata yang manis. Carwaka mengajarkan
tentang kenikmatan indrawi yang merupakan tujuan tertinggi hidup. Carwaka juga
berarti seorang materialis yang mempercayai manusia terbentuk dari materi, dan
tidak mempercayai adanya atman dan Tuhan, bentuk inilah yang menyebabkan ia
sering dianggap sebagai hedonisme timur. Pengetahuan yang valid hanya
didapatkan dengan pratyaksa (persepsi), yaitu melalui kontak langsung dengan
indriya. Alam hanya terbentuk oleh 4 bhuta, elemen zat, yaitu : udara, api,
air, dan tanah. Tujuan tertinggi dari manusia rasional adalah mencapai
kenikmatan yang sebenar-benarnya di dunia, dan menghindari penderitaan. Adapun
inti ajaran carwaka adalah :
1.Tanah,
air, api, dan udara adalah elemen dari alam semesta.
2.Tubuh, indra, dan objek-objek merupakan hasil kombinasi dari berbagai elemen
alam.
3.Kesadaran muncul dari material seperti sifat alkohol anggur yang muncul dari
anggur yang dipermentasi.
4.Tidak ada roh, yang ada adalah tubuh yang sadar
5. Kepuasan adalah satu-satunya tujuan hidup manusia.
6.Kematian adalah pembebasan.
Carwaka
juga dikenal sebagai Lokāyata,
adalah sistem filsafat India yang mengandung sejumlah pemikiran materialisme, skeptisisme
filosofis, dan
pengabaian nilai religius. Secara etimologi, kata Cārvāka
dan Lokāyata berarti "populer" atau
"dapat disepakati" dalam bahasa Sanskerta.
Carwaka
dikalisifikasikan sebagai Hindu heterodoks (Nāstika). Carwaka dikenali sebagai mazhab yang materialistis dan
ateistis. Meskipun filsafat India ini kini
tidak dianggap sebagai bagian dari mazhab filsafat Hindu ortodoks, sejumlah sarjana mendeskripsikannya
sebagai suatu gerakan filsafat ateistis
atau materialistis
dalam tubuh Hinduisme.
Carwaka muncul
sebagai alternatif bagi perguruan Hindu Astika pro-Weda, sekaligus sebagai pendahulu bagi filsafat nastika
yang muncul di masa kemudian atau pada masa yang sama, seperti Ājīvika, Jainisme, dan Buddhisme (yang dua terakhir bercabang menjadi
dua agama yang berbeda) pada era klasik filsafat India.[8] Berbeda dengan perguruan astika
lainnya, sila pertama filsafat Carwaka yaitu menolak kesimpulan yang dipakai
sebagai pembenaran hal-hal metafisis.
B. Jaina
Filsafat
jaina merupakan sistem filsafat yang mengembangkan tradisi atheisme namun
spiritual, kata jaina sendiri berarti ‘penakluk spiritual’. Pengikut jaina
mempercayai 24 tirthangkara (pendiri keyakinan), tirthangkara pertama adalah
Rsabhadeva dan yang terakhir adalah Mahavira. Sistem ini menekankan pada aspek
etika yang ketat, yang terutama adalah ahimsa. Jaina mengklasifikasikan
pengetahuan menjadi 2, yaitu :
1.Aparoksa :
pengetahuan langsung, terdiri dari avadhi (kemampuan melihat hal-hal yang tidak
nampak oleh indra), manahparyaya (telepathi), dan kevala (kemahatahuan).
2.Paroksa : pengetahuan antara, terdiri dari mati (mencakup pengetahuan
perseptual dan inferensial) dan sruta (pengetahuan yang diambil dari otoritas)
Jaina
menerima tiga jenis pramana, yaitu pratyaksa (persepsi), anumana (inferensi),
dan sruta (otoritas). Jaina meyakini tentang adanya pluralisme roh, terdapat
roh-roh sesuai dengan banyaknya tubuh. Tidak hanya roh dalam manusia, binatang,
dan tumbuhan, tapi meyakini hingga roh-roh yang ada dalam debu. Roh memiliki
kualifikasi tinggi dan rendah, namun semuanya mengalami belenggu dalam
pengetahuan yang terbatas. Belenggu dapat dihilangkan dengan :
1.keyakinan yang sempurna terhadap ajaran guru-guru jaina.
2.Pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut.
3.Perilaku yang benar. Perilaku ini meliputi, tidak menyakiti dan melukai
seluruh mahluk hidup, menghindari kesalahan mencuri, sensualitas, dan
kemelekatan objek-objek indriya.
Dengan tiga
hal tersebut maka perasaan akan dikendalikan, dan karma yang membelenggu roh
akan hilang, hingga roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas.
Jaina tidak mempercayai dengan adanya Tuhan, para tirthangkara menggantikan
tempatNya. Jaina mengenal lima disiplin spiritual, yang terdiri dari :
1.Ahimsa (non kekerasan)
2.Satya (kebenaran)
3.Asteya (tidak mencuri)
4.Brahmacarya (berpantang dari pemenuhan nafsu, baik pikiran, kata-kata, dan
perbuatan)
5.Aparigraha (kemelekatan dengan pikiran, kata-kata, dan perbuatan)
C. Buddha
Filsafat
Buddha lahir dari ajaran-ajaran Buddha Gautama pada abad 567 sm, ajarannya
bersifat atheisme dan spiritual. Buddha menekankan pada etika, cinta kasih,
persaudaraan, menolak sistem kasta, dan menolak otoritas Weda dan pelaksanaan
yajna. Tujuan akhir perjalanan hidup manusia adalah nirwana, bukan sebagai
karunia Tuhan dan Dewa-Dewa, namun diperoleh melalui usaha diri sendiri.
Pencerahan yang didapatkan oleh Sidharta Gautama meliputi empat kebenaran utama
(catvari arya-satyani), yaitu :
1.Kebenaran
bahwa ada penderitaan.
2.Kebenaran bahwa ada penyebab penderitaan.
3.Kebenaran bahwa ada penghentian penderitaan.
4.Kebenaran bahwa ada yang menghilangkan penderitaan.
Ajaran
Buddha sering pula disebut dengan ‘jalan tengah’ (madhyama marga),
ajaran-ajaran pokoknya dibukukan dalam tiga kitab suci (tripitaka yang berarti
tiga keranjang pengetahuan), yang terdiri dari : Vinaya pitaka yang membahas
tata laksana bagi masyarakat umum, Sutta pitaka yang membahas upacara-upacara
dan dialog berkaitan dengan etika, dan Abhidhamma pitaka yang berisi eksposisi
teori-teori filsafat Buddha. Kebenaran bahwa ada yang menghilangkan
penderitaan, terdiri dari 8 jalan utama, yaitu :
1.pandangan
yang benar (samyagdrsti)
2.Determinasi yang benar (samyaksamkalpa)
3.Perkataan yang benar (samyalgwak)
4.Perilaku yang benar (samyakkarmanta)
5.Cara hidup yang benar (samyagajiva)
6.Usaha yang benar (samyagvyayama)
7.Sikap pikiran yang benar (samyaksmrti)
8.Konsentrasi yang benar (samyaksamadhi)
Doktrin
Buddha tidak mengakui eksistensi Atman dan Tuhan, namun mengadopsi bentuk
keykinan seperit hukum karma, reinkarnasi, dan pembebasan (nirwana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar