Senin, 15 Oktober 2018

Carwaka, Jaina, dan Buddha

A. Carwaka

Filsafat carwaka didirikan oleh Brhaspati yang ajarannya tertuang dalam Brhaspati sutra. Sistem filsafat ini mengembangkan tradisi heterodok, atheisme dan materialisme. Sering disebut dengan lokayata yang berarti berjalan dijalan keduniawian. Kata carwaka sendiri berasal dari kata ‘caru’ yang berarti manis dan ‘vak’ yang berarti ujaran, jadi carwaka berarti kata-kata yang manis. Carwaka mengajarkan tentang kenikmatan indrawi yang merupakan tujuan tertinggi hidup. Carwaka juga berarti seorang materialis yang mempercayai manusia terbentuk dari materi, dan tidak mempercayai adanya atman dan Tuhan, bentuk inilah yang menyebabkan ia sering dianggap sebagai hedonisme timur. Pengetahuan yang valid hanya didapatkan dengan pratyaksa (persepsi), yaitu melalui kontak langsung dengan indriya. Alam hanya terbentuk oleh 4 bhuta, elemen zat, yaitu : udara, api, air, dan tanah. Tujuan tertinggi dari manusia rasional adalah mencapai kenikmatan yang sebenar-benarnya di dunia, dan menghindari penderitaan. Adapun inti ajaran carwaka adalah :
1.Tanah, air, api, dan udara adalah elemen dari alam semesta.
2.Tubuh, indra, dan objek-objek merupakan hasil kombinasi dari berbagai elemen alam.

3.Kesadaran muncul dari material seperti sifat alkohol anggur yang muncul dari anggur yang dipermentasi.
4.Tidak ada roh, yang ada adalah tubuh yang sadar
5. Kepuasan adalah satu-satunya tujuan hidup manusia.
6.Kematian adalah pembebasan.
Carwaka juga dikenal sebagai Lokāyata, adalah sistem filsafat India yang mengandung sejumlah pemikiran materialisme, skeptisisme filosofis, dan pengabaian nilai religius. Secara etimologi, kata Cārvāka dan Lokāyata berarti "populer" atau "dapat disepakati" dalam bahasa Sanskerta.
Carwaka dikalisifikasikan sebagai Hindu heterodoks (Nāstika). Carwaka dikenali sebagai mazhab yang materialistis dan ateistis. Meskipun filsafat India ini kini tidak dianggap sebagai bagian dari mazhab filsafat Hindu ortodoks, sejumlah sarjana mendeskripsikannya sebagai suatu gerakan filsafat ateistis atau materialistis dalam tubuh Hinduisme.
Carwaka muncul sebagai alternatif bagi perguruan Hindu Astika pro-Weda, sekaligus sebagai pendahulu bagi filsafat nastika yang muncul di masa kemudian atau pada masa yang sama, seperti Ājīvika, Jainisme, dan Buddhisme (yang dua terakhir bercabang menjadi dua agama yang berbeda) pada era klasik filsafat India.[8] Berbeda dengan perguruan astika lainnya, sila pertama filsafat Carwaka yaitu menolak kesimpulan yang dipakai sebagai pembenaran hal-hal metafisis.



B. Jaina

Filsafat jaina merupakan sistem filsafat yang mengembangkan tradisi atheisme namun spiritual, kata jaina sendiri berarti ‘penakluk spiritual’. Pengikut jaina mempercayai 24 tirthangkara (pendiri keyakinan), tirthangkara pertama adalah Rsabhadeva dan yang terakhir adalah Mahavira. Sistem ini menekankan pada aspek etika yang ketat, yang terutama adalah ahimsa. Jaina mengklasifikasikan pengetahuan menjadi 2, yaitu :

1.Aparoksa : pengetahuan langsung, terdiri dari avadhi (kemampuan melihat hal-hal yang tidak nampak oleh indra), manahparyaya (telepathi), dan kevala (kemahatahuan).

2.Paroksa : pengetahuan antara, terdiri dari mati (mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial) dan sruta (pengetahuan yang diambil dari otoritas)

Jaina menerima tiga jenis pramana, yaitu pratyaksa (persepsi), anumana (inferensi), dan sruta (otoritas). Jaina meyakini tentang adanya pluralisme roh, terdapat roh-roh sesuai dengan banyaknya tubuh. Tidak hanya roh dalam manusia, binatang, dan tumbuhan, tapi meyakini hingga roh-roh yang ada dalam debu. Roh memiliki kualifikasi tinggi dan rendah, namun semuanya mengalami belenggu dalam pengetahuan yang terbatas. Belenggu dapat dihilangkan dengan :

1.keyakinan yang sempurna terhadap ajaran guru-guru jaina.
2.Pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut.
3.Perilaku yang benar. Perilaku ini meliputi, tidak menyakiti dan melukai seluruh mahluk hidup, menghindari kesalahan mencuri, sensualitas, dan kemelekatan objek-objek indriya.

Dengan tiga hal tersebut maka perasaan akan dikendalikan, dan karma yang membelenggu roh akan hilang, hingga roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas. Jaina tidak mempercayai dengan adanya Tuhan, para tirthangkara menggantikan tempatNya. Jaina mengenal lima disiplin spiritual, yang terdiri dari :

1.Ahimsa (non kekerasan)
2.Satya (kebenaran)
3.Asteya (tidak mencuri)
4.Brahmacarya (berpantang dari pemenuhan nafsu, baik pikiran, kata-kata, dan perbuatan)
5.Aparigraha (kemelekatan dengan pikiran, kata-kata, dan perbuatan)


C. Buddha

Filsafat Buddha lahir dari ajaran-ajaran Buddha Gautama pada abad 567 sm, ajarannya bersifat atheisme dan spiritual. Buddha menekankan pada etika, cinta kasih, persaudaraan, menolak sistem kasta, dan menolak otoritas Weda dan pelaksanaan yajna. Tujuan akhir perjalanan hidup manusia adalah nirwana, bukan sebagai karunia Tuhan dan Dewa-Dewa, namun diperoleh melalui usaha diri sendiri. Pencerahan yang didapatkan oleh Sidharta Gautama meliputi empat kebenaran utama (catvari arya-satyani), yaitu :

1.Kebenaran bahwa ada penderitaan.

2.Kebenaran bahwa ada penyebab penderitaan.
3.Kebenaran bahwa ada penghentian penderitaan.
4.Kebenaran bahwa ada yang menghilangkan penderitaan.
Ajaran Buddha sering pula disebut dengan ‘jalan tengah’ (madhyama marga), ajaran-ajaran pokoknya dibukukan dalam tiga kitab suci (tripitaka yang berarti tiga keranjang pengetahuan), yang terdiri dari : Vinaya pitaka yang membahas tata laksana bagi masyarakat umum, Sutta pitaka yang membahas upacara-upacara dan dialog berkaitan dengan etika, dan Abhidhamma pitaka yang berisi eksposisi teori-teori filsafat Buddha. Kebenaran bahwa ada yang menghilangkan penderitaan, terdiri dari 8 jalan utama, yaitu :

1.pandangan yang benar (samyagdrsti)

2.Determinasi yang benar (samyaksamkalpa)
3.Perkataan yang benar (samyalgwak)
4.Perilaku yang benar (samyakkarmanta)
5.Cara hidup yang benar (samyagajiva)
6.Usaha yang benar (samyagvyayama)
7.Sikap pikiran yang benar (samyaksmrti)
8.Konsentrasi yang benar (samyaksamadhi)
Doktrin Buddha tidak mengakui eksistensi Atman dan Tuhan, namun mengadopsi bentuk keykinan seperit hukum karma, reinkarnasi, dan pembebasan (nirwana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar